SCM MP

Rabu, 24 Juni 2009

Toyotomi Hideyoshi

Masa Kecil

Lahir di desa Nakamura sebagai anak tengah keluarga petani bernama Yaemon di provinsi Owari, Aichi-gun yang merupakan wilayah Nobunaga. Ada perbedaan pendapat soal tahun kelahiran Hideyoshi. Ada pendapat yang mengatakan Hideyoshi lahir tahun 1536, tapi hasil penelitian yang bisa dipercaya mengatakan Hideyoshi lahir tahun 1537.

Menjadi Bawahan Nobunaga

Pada tahun 1554 Hideyoshi mulai bekerja sebagai bawahan kelas rendah untuk Oda Nobunaga. Hideyoshi bekerja antara lain sebagai kepala tukang kayu dan kepala bagian dapur di Istana Kiyosu. Hideyoshi bekerja dengan rajin dan berhasil menarik perhatian Oda Nobunaga yang terkesan dengan hasil pekerjaan Hideyoshi. Berkat prestasinya yang luar biasa, Hideyoshi menjadi sangat terkenal di kalangan pengikut Nobunaga. Nobunaga kabarnya suka menyebutnya dengan panggilan kesayangan si "monyet" atau "tikus botak," karena penampilan Hideyoshi yang kurang tampan. Pada tahun 1564, Hideyoshi menikah dengan seorang wanita bernama Nene (dikenal sebagai Kōdaiin atau O-ne).

Pada tahun 1568, sewaktu Oda Nobunaga pergi ke ibu kota (Kyoto), Hideyoshi bekerja bersama-sama dengan Akechi Mitsuhide di Kyoto. Dalam catatan yang ditulis pada waktu itu, sudah disebut-sebut nama Hideyoshi.

Pada tahun 1570 Hideyoshi memimpin pasukan untuk memadamkan pemberontakan Asakura Yoshikage di Echizen. Pada mulanya, pasukan dapat bergerak maju tanpa ada hambatan dari musuh. Pasukan Oda Nobunaga yang sedang berbaris dalam perjalanan di sekitar Kanegasaki diserang dari belakang secara tiba-tiba oleh sekutu Nobunaga asal Ōmi utara yang bernama Azai Nagamasa.

Konon pasukan Azai dan pasukan Asakura menjepit pasukan Nobunaga dari kedua sisi sehingga pastinya nyawa Oda Nobunaga berada dalam bahaya. Hideyoshi memohon kepada Nobunaga agar diberi kesempatan untuk bertempur di posisi paling belakang (shingari), maksudnya untuk memberi perlindungan kepada pasukan Nobunaga yang sedang mundur agar bisa lolos. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan Jalan Lolos Kanegasaki (金ヶ崎の退き口 kanegasaki nukiguchi). Atas jasa menyelamatkan nyawanya, Nobunaga memberi hadiah 30 keping emas kepada Hideyoshi yang juga berhasil selamat dalam pertempuran. Dalam sekejap Hideyoshi tampil sebagai ksatria gagah berani. Azai Nagamasa berhasil dihabisi Hideyoshi dalam pertempuran di benteng Odani

Pada tahun 1576, Nobunaga memerintahkan Hideyoshi untuk membantu kepala pasukan dari daerah Hokuriku bernama Shibata Katsuie yang sedang berusaha membasmi pasukan Uesugi Kenshin dari Echigō. Hideyoshi berselisih paham soal strategi pertempuran dengan Katsuie sehingga Hideyoshi memutuskan untuk menarik pasukan dan pulang begitu saja tanpa izin Nobunaga. Pasukan Katsuie akhirnya berhasil ditaklukkan Uesugi Kenshin dalam peristiwa yang disebut Pertempuran Sungai Tetori. Nobunaga sangat marah kepada Hideyoshi tapi akhirnya Nobunaga mau mengampuni Hideyoshi. Setelah itu, Nobunaga memerintahkan menguasai Chugoku dan selesai pada 1581.

Kematian Nobunaga

Hideyoshi sedang menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air pada waktu Oda Nobunaga dibunuh oleh Akechi Mitsuhide dalam Peristiwa Honnōji di tahun 1582.Akechi Mitsuhide akhirnya berhasil dihabisi dalam Pertempuran Yamazaki. Hideyoshi menjadi pelindung Sanboshi
(pewaris Nobunaga) setelah kejadian itu.

setelah itu, Hideyoshi menjalani banyak peperangan dan invasi, diantaranya : Invasi ke Shikoku dan Etchu, Penaklukan Kyushu, Penaklukan Odawara, dan pada akhirnya, beliau mendapat gelar Pemersatu Jepang.

Kematian Hideyoshi

Pada tahun 1592, Hideyoshi mengirim pasukan ke dinasti Joseon (sekarang dikenal sebagai Korea). Perang ini disebut Perang Tujuh Tahun (文禄・慶長の役 bunroku keichō no eki). Pada saat awalnya, pasukan Joseon dapat mudah ditaklukkan, Hanyang (sekarang dikenal sebagai Seoul) pun berhasil dikuasai pasukan Hideyoshi. Situasi perang bertambah buruk akibat datangnya bala bantuan dari dinasti Ming dan perlawanan pasukan relawan dari berbagai daerah di Joseon, sehingga harus dibuat gencatan senjata.

Kegagalan perundingan damai menyebabkan Hideyoshi kembali menginvasi Joseon untuk yang kedua kali pada tahun 1597. Di tengah kemelut invasi ke Joseon, Hideyoshi yang menderita kanker perut merasa umurnya tidak akan lama lagi. Pada tanggal 18 Agustus 1598, Hideyoshi memanggil lima pembantu seniornya dan menunjuk Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari, sedangkan Maeda Toshiie ditunjuk sebagai pendamping Hideyori yang masih kecil. Hideyoshi lalu tutup usia di Istana Fushimi di usia 62 tahun.

Invasi ke Joseon berakhir setelah wafatnya Hideyoshi. Perang ini menyebabkan kerugian besar pada tentara rakyat Joseon dan kerusakan besar-besaran wilayah Joseon. Kerugian besar juga dialami pasukan bala bantuan dari kekaisaran dinasti Ming, tapi pihak Jepang justru mengalami kerugian yang jauh lebih besar. Prajurit terbaik Hideyoshi banyak yang gugur di medan laga Joseon, sehingga hubungan antara klan Hideyoshi dan para pengikutnya menjadi retak. Salah satu agenda politik luar negeri Keshogunan Tokugawa adalah memperbaiki hubungan buruk antara Jepang dan Joseon.


th

Senin, 22 Juni 2009

Genghis Khan

Nama asli dari Genghis Khan adalah Temujin.Khan lahir di di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen, pada sekitar 1162 - 1167. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.

Menyatukan Mongolia

Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".

Melawan Suku Jin

Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara China selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.

The Invasion

Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 1/10, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia.
Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.

Dead of Genghis Khan

Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).


Photobucket

Richard The Lionheart

Salah satu tokoh yang sangat pantas untuk dibicarakan di setiap pembahasan perang salib adalah Richard The Lionheart! Beliau memerintah Inggris hanya dalam waktu yang singkat (10 tahun) 1189-1199.Lahir dengan nama asli Richard Plantagenet di Oxfordshire Inggris, 8 September 1157 ( Richard 19 tahun lebih muda dari Salladin yang lahir tahun 1138 ). Richard memiliki darah Inggris dari ayahnya dan perancis dari ibunya.

Di usia 14 tahun Richard sudah diangkat menjadi Duke of Aquitane. Di tahun 1183, adiknya yang menjadi pewaris tahta, Henry meninggal di usia muda sehingga terjadi sengketa soal pewaris tahta Inggris. Adik bungsu dari Richard, pangeran John Lackland mengklaim hak atas tahta tersebut namun akhirnya pilihan jatuh ke Richard.

Pada tahun 1189 Richard dilantik jadi raja Inggris di Westminster Abbey London. Di tahun yang sama Richard mengucapkan sumpahnya untuk melanjutkan perang salib setelah mendengar kabar kekalahan Hattin di thn 1187. Richard hanya pernah berada di Inggris sepanjang 10 tahun pemerintahannya hanya selama 11 months. Permaisurinya, Queen Berengaria of Navarre, malah tidak pernah ke Inggris sama sekali. Sayangnya pernikahan mereka berdua gak membuahkan anak (meskipun beberapa anak King Richard lahir di luar perkawinan). Richard sendiri bersedia menikahi Berengaria untuk mendapat dukungan ayahnya dalam campaignnya, meskipun sebetulnya udah bertunangan dgn Princess Alice of France. Oleh karena itu Richard juga dikenal sebagai " The Absent King

Gelar The Lionheart

Pasca pertempuran Ascalon dimana Richard mengalahkan pasukan Sultan Saladin, dalam keadaan keletihan dan belum mendapat re-inforcement, pasukan Richard kembali diserang oleh sisa - sisa pasukan Saladin yang berhasil Re-group setelah sebelumnya kocar-kacir diserang pasukan Saladin. Dikatakan bahwa Saladin mengerahkan sekitar 7000 sampai 8000 kaveleri Arab untuk menyerang Richard dan pasukannya yang mesih letih sehabis bertempur.

Sedangkan di pihak Raja Richard, pasukan Crusader tinggal memiliki sekitar 300 Men-At -Arms yang masih segar plus sekitar 50-an Ksatria Templar untuk mempertahankan kota yang baru saja mereka rebut.

Disebutkan ketika pasukan Kaveleri Arab sudah membentuk formasi terakhir untuk melakukan serangan penuh ke arah pasukan Crusader, pasukan Arab melihat seorang Knight dengan senjata lengkap berada sendirian jauh di depan barisan Crusader.Knight itu mengenakan perisai dan tombaknya kemudian bergerak mendekati formasi kavaleri Arab yang sudah siap tempur.

Begitu jarak semakin dekat, pasukan Arab mengenali Knight yang sendirian itu ternyata King Richard sendiri! Kemudian terdengar teriakan kemenangan dari pasukan Arab karena mengira Richard maju untuk menyerah. Akan tetapi Richard malah mengerahkan tombaknya ke depan dan memacu kudanya hingga berhadapan dengan seluruh barisan kaveleri Arab dalam jarak dekat. Lalu Richard menghampiri satu demi satu prajurit Kavaleri Arab dan menantang mereka berduel.Namun orang pertama yang ditantang malah menundukan kepalanya, kemudian Richard menghampiri prajurit berikutnya dan seterusnya hingga teriakan kemenangan pasukan Arab semuanya terdiam.

Ketika Richard tiba berhadapan dengan Saladin, Saladin malah tersenyum dan kemudian memerintahkan seluruh pasukannya mundur. Atas unjuk nyalinya tersebut, Saladin kemudian menjuluki Richard 'The Lionheart" atau " Si Hati singa ".

Para sejarawan menuliskan bahwa pameran keberanian Richard di hari itu meluluhkan hati Saladin yang malah mengagumi Richard.Selain itu Saladin juga merasa bahwa walaupun pasukannya unggul dalam jumlah, tapi mereka juga sudah terlalu letih untuk bertempur lagi. Secara strategis Saladin juga tidak mau mengambil resiko untuk membuat kekuatan pasukannya terbagi, karena fokusnya saat itu adalah mempertahankan Yerusalem

Dalam perjalanan pulang ke Inggris dari Palestina, ketika melewati Austria, Richard ditawan oleh raja Austria Leopold yang pernah bersengketa dengan Richard semasa perang salib. Berita penangkapannya sampai di telinga Kaisar Jerman. Leopold kemudian 'menjual' tawanan istimewanya dengan tebusan sebesar 75.000marks kepada Kaisar Jerman. Berita hilangnya Richard membuat Inggris diliputi kecemasan. Pihak keluarga kerajaan kemudian mengutus 2 uskup untuk menyelidiki keberadaan Richard lewat jaringan Gereja Katolik. Setelah mendapat kepastian keberadaan Richard, maka negosiasi utk membebaskannya dimulai.

Bahkan Paus saat itu turun tangan dalam proses pembebasan Richard. Tebusan sebesar 150.000 marks terpaksa dibayar sbg syaratnya. Nilai itu adalah 3 kali lipat income kerajaan Inggris pertahun ( setara 3 ton perak ). Richard kembali ke Inggris sebagai pahlawan. Kendati gagal merebut Yerusalem, Richard berhasil merebut beberapa kota penting dari tangan Sultan Saladin.

Kematian

Ketika itu Richard berkuda terlalu dekat dengan benteng kastil tanpa perlindungan baju perisainya. Saat itu Richard melihat seorang pemanah dari menara membidiknya. Anehnya, Richard malah menghentikan kudanya, tersenyum ke pada pemanah itu lalu mangangguk seolah memberikan perintah utk menembak dirinya.

Panah menembus bahu atas Richard yang anehnya menolak untuk diobati dan juga tidak memerintahkan penyerangan terhadap kastil Chalus. Tanggal 6 April 1199, Richard The Lionheart, Raja dan Ksatria besar meninggal akibat infeksi luka oleh panah di Chalus.
Richard

Minggu, 21 Juni 2009

Joan of Arc

Jeanne d'Arc (lahir di Lorraine, Perancis, 6 Januari 1412 – wafat di Rouen, Normandia, Perancis, 30 Mei 1431 pada umur 19 tahun), (dalam bahasa Inggris: Joan of Arc) adalah pahlawan negara Perancis dan orang suci (santa) dalam agama Katolik. Di Perancis ia dijuluki La Pucelle yang berarti "sang dara" atau "sang perawan". Ia mengaku mendapat suatu pencerahan, yang dipercayainya berasal dari Tuhan, dan menggunakannya untuk membangkitkan semangat pasukan Charles VII untuk merebut kembali bekas wilayah kekuasaan mereka yang dikuasai Inggris dan Burgundi pada masa Perang Seratus Tahun.

Jeanne ditugaskan untuk melakukan pengepungan terhadap Orléans oleh raja Charles VII sebagai upaya pembebasan kota tersebut. Ia menjadi terkenal karena berhasil mengakhiri pengepungan dalam tempo hanya sembilan hari. Kemenangan-kemenangan lain yang diperolehnya, akhirnya berhasil mengantar pemahkotaan Charles VII di Reims.

Masa Kecil

Jeanne dilahirkan di Domrémy pada tahun 1412 dari Jacques d'Arc dan Isabelle Romée[11]. Orang tuanya adalah petani yang memiliki lahan sekitar 50 ekar. Ayahnya juga menduduki jabatan kecil di pemerintah daerah setempat dan bertugas mengumpulkan pajak serta mengepalai keamanan kota[12]. Keluarga mereka tinggal pada suatu daerah terisolasi di wilayah timur laut yang tetap setia pada Perancis walaupun dikelilingi oleh daerah kekuasaan Burgundi. Beberapa penyerangan terjadi pada masa kecil Jeanne, di mana pada salah satu serangan, desanya dibakar.

Jeanne mengaku bahwa ia mendapatkan pencerahan (vision) pertamanya sekitar 1424. Menurutnya, St. Michael, St. Catherine, dan St. Margaret menyuruhnya mengusir Inggris dan membawa sang dauphin ke Reims untuk diangkat menjadi raja. Pada umur enam belas tahun (1428), ia meminta salah seorang keluarganya, Durand Lassois, untuk membawanya ke Vaucouleurs. Ia meminta komandan garnisun setempat, Count Robert de Baudricourt, untuk izin mengunjungi balairung agung Perancis di Chinon. Jawaban sarkastik Baudricourt tidak menciutkan niatnya. Ia kembali lagi pada bulan Januari dan berhasil mendapat dukungan dua orang: Jean de Metz dan Bertrand de Poulegny. Dengan dukungan mereka, ia berhasil memperoleh kesempatan kedua untuk bicara di mana ia berhasil membuat ramalan mengenai kekalahan di Pertempuran Herrings di dekat Orléans.

Kejayaan

Baudricourt mengabulkan permintaan Jeanne untuk menemaninya mengunjungi Chinon setelah mendapat kabar bahwa ramalan yang dibuat Jeanne terbukti tepat. Jeanne menggunakan pakaian laki-laki sewaktu melakukan perjalanan berbahaya melalui wilayah Burgundi. Setelah tiba di balairung agung, ia berhasil meyakinkan Charles VII setelah melalui pembicaraan pribadi. Charles lalu memerintahkan pemeriksaan latar belakang dan teologis terhadap Jeanne di Poitier untuk memverifikasi moralitasnya. Selama proses tersebut, ibu mertua Charles, Yolande dari Aragon, mendanai ekspedisi penyelamatan terhadap Orléans. Jeanne meminta izin untuk berangkat bersama tentara dan mengenakan peralatan seorang ksatria (knight). Karena ia tak memiliki dana, Jeanne tergantung pada donasi untuk pengadaan baju zirah, kuda, pedang, pataka (banner), dan pengiringnya. Jeanne d'Arc tiba di lokasi pengepungan Orléans pada 29 April 1429. Jean d'Orléans (dikenal sebagai Dunois), kepala keluarga bangsawan Orléans, pada awalnya tidak melibatkan Jeanne dalam dewan perang dan tidak memberitahukannya jika pasukan menyerang musuh. Jeanne mengatasi hal ini dengan mengabaikan keputusan para komandan veteran dan turut serta dalam setiap penyerangan, dimana ia menempatkan dirinya pada garis depan dengan membawa patakanya.

Kepemimpinan

Jeanne d'Arc tidak menuruti strategi hati-hati yang sebelumnya menjadi ciri khas kepemimpinan pasukan Perancis. Sebaliknya, ia menerapkan penyerangan frontal terhadap benteng pertahanan musuh. Setelah beberapa pos pertahanan tersebut jatuh, pihak Inggris memfokuskan sisa pasukan mereka pada benteng dari batu (stone fortress) yang menjaga jembatan les Tourelles. Pada 7 Mei 1429, Perancis menyerang jembatan ini. Sejarawan modern mengakui kepahlawanan Jeanne dalam pertempuran ini, di mana pada suatu saat ia harus menarik keluar anak panah yang menancap di bahunya, dan dengan lukanya tetap kembali untuk memimpin penyerangan terakhir.

Kemenangan di Orléans ini membawa banyak kemungkinan aksi penyerangan. Pihak Inggris menduga bahwa Perancis akan mencoba untuk merebut Paris atau menyerang Normandia; Dunois mengakui bahwa sebenarnya itulah rencana awal mereka, sampai Jeanne berhasil meyakinkan mereka untuk sebaliknya menuju Reims. Sebagai hasil dari kemenangan yang tak disangka tersebut, Jeanne mendesak Charles VII untuk memberikan kekuasaan sebagai komandan pasukan, bersama dengan Duke John II dari Alençon, serta mendapat izin untuk menjalankan rencananya merebut jembatan-jembatan sepanjan sungai Loire sebagai upaya pendahuluan menuju Reims dan penobatan (koronasi). Rencana ini merupakan suatu rencana yang berani, mengingat Reims dua kali lebih jauh dibandingkan Paris, dan berada jauh di dalam wilayah musuh.


Pasukan Perancis merebut Jargeau pada 12 Juni, Meung-sur-Loire pada 15 Juni, lalu Beaugency pada 17 Juni 1429. John II menyetujui semua keputusan Jeanne. Para komandan lain, termasuk Jean d'Orléans, telah terpesona pada kemampuan Jeanne di Orléans, dan menjadi pendukungnya. Alençon berhutang budi pada Jeanne karena menyelamatkan nyawanya di Jargeau, di mana Jeanne memperingatkannya akan bahaya serangan artileri. Pada pertempuran yang sama, Jeanne berhasil menahan lemparan batu yang menimpa pelindung kepalanya (helmet) sewaktu ia menaiki tangga penyerangan (scaling ladder). Bala bantuan Inggris tiba di wilayah tersebut pada 18 Juni di bawah komando Sir John Fastolf. Pertempuran di Patay mungkin dapat dianggap sebagai kebalikan pertempuran Agincourt: Pasukan perintis (vanguard) Perancis menyerbu sebelum pasukan panah Inggris dapat menyiapkan pertahanan mereka. Timbul kekacauan yang menghancurkan pasukan utama Inggris dan menyebabkan sebagian besar komandannya terbunuh. Fastolf lolos dengan serombongan kecil pasukan dan dijadikan kambing hitam atas kekalahan Inggris ini. Di pihak lain, Perancis hanya menderita sedikit kerugian dari pertempuran ini.

Pasukan Perancis berangkat menuju Reims dari Gien-sur-Loire pada 29 Juni dan menerima status netral kota Auxerre yang dikuasai Burgundi melalui negosiasi pada 3 Juli. Semua kota sepanjang jalan menuju Reims menyerah tanpa syarat kepada pasukan Perancis. Troyes, tempat disepakatinya perjanjian yang berupaya menyingkirkan Charles VII, takluk setelah pengepungan empat hari, nyaris tanpa adanya pertumpahan darah.

Pasukan Perancis menderita krisis persediaan makanan pada saat mencapai Troyes. Edward Lucie-Smith mengutip bahwa hal ini merupakan contoh nyata bahwa Jeanne lebih tepat disebut "diberkati" dari pada dikatakan memiliki kemampuan. Seorang pendeta pengelana bernama Brother Richard telah berkhotbah akan datangnya akhir dunia di Troyes dan meyakinkan penduduk setempat untuk menanam kacang-kacangan (bean) yang memiliki masa panen pendek. Pasukan Jeanne tiba tepat saat panen tiba.

Reims membuka pintu gerbangnya pada 16 Juli, dan penobatan diadakan besok paginya, 17 Juli 1429. Walaupun Joan dan Duke Alençon mendesak untuk bergegas menyerang Paris, balairung agung memutuskan negosiasi gencatan senjata dengan Duke Burgundi. Terbukti kemudian Burgundi hanya menggunakan ini sebagai taktik penguluran waktu untuk mempersiapkan pertahanan Paris. Pasukan Perancis bergerak maju melalui kota-kota di dekat Paris dan menerima penyerahan damai dari kota-kota tersebut. Duke Bedford memimpin pasukan Inggris dalam perlawanan terhadap serangan Perancis pada tanggal 15 Agustus. Serangan Perancis terhadap Paris terjadi pada tanggal 8 September, di mana Jeanne, walaupun menderita luka panah di kakinya, meneruskan memimpin pasukannya hingga akhir hari. Pagi berikutnya, ia menerima perintah kerajaan untuk mundur. Banyak sejarawan menyalahkan grand chamberlain Georges de la Trémoille untuk kesalahan besar ini.

Akhir Hayat

Setelah pertempuran kecil di La-Charité-sur-Loire pada bulan November dan December, Jeanne bertolak ke Lagny-sur-Marne pada bulan Maret, dan ke Compiègne pada 23 Mei 1430 untuk bertahan terhadap pengepungan pihak Inggris dan Burgundi. Pertempuran pada hari itu telah menyebabkan tertangkapnya Jeanne d'Arc. Sewaktu memerintahkan untuk mundur, sebagai kode kehormatan, ia bertahan sebagai orang terakhir yang meninggalkan pertempuran. Pihak Burgundi mengepung para pelindungnya.

Dia diinterogasi dan dianggap sesat sehingga dia dihukum dibakar hidup - hidup di Rouen pada 30 nei 1431 dan abunya dibuang ke sungai seine

????